Nama: Martinus Yudhistira Wicaksono
Email: greeneyescrazydragon@yahoo.co.id
Halo Mas Yudhis, berapa lama sih berada di Jepang?
A: Saya di Jepang selama 11 bulan, klo digenapkan ya jadi 1 tahun lah. Disana saya kuliah di Chubu Daigaku prefektur Aichi.
Mendapatkan program beasiswa apa nih?
A: Beasiswanya dari JASSO untuk menanggung biaya hidup. Sedangkan biaya kuliah dan tiket pesawat ditanggung sendiri ( tapi overall biaya tertutupi kok )
Bagaimana cara mendapatkannya, mas?
A: Perjalanannya kurang lebih sama seperti Ren. Dari tes tingkat jurusan, yang 20 besar dipanggil untuk maju tes Monkasho di Jakarta, lalu tes wawancara dan lolos dan disini blundernya : Kita memilih sendiri mau mendaftar di Universitas mana dan bodohnya saya memilih Univ yang quota mahasiswa asingnya sedikit. Akhirnya dari 3 mahasiswa UGM cuma saya yg gagal ke Jepang.....tapi setelah itu, lagi-lagi karena peringkat tes jurusan, saya ditelpon mbak Umi untuk apply ke Chubu University dan akhirnya diterima menggantikan Sinta D yang sudah setahun di sana.
Bagaimana suka duka perjalanan mendapatkan beasiswa?
A: Sukanya sepertinya tidak perlu diceritakan. Ke Jepang bagi saya sudah jadi tujuan hidup jadi alangkah senangnya bisa kesana. Dukanya rasa-rasanya sama seperti mahasiswa lain. Birokrasi lama dan berbelit-belit, masih juga kena pingpong. Tapi kalau dipikir-pikir dulu yang paling menderita itu pas ngurus Paspor ( sebenernya salah saya sendiri yang susah bangun pagi )
Cerita donk saat sampai di Jepang :D?
A: Karena suatu kebodohan saya jadi orang terakhir yg keluar dari pemeriksaan bandara. Mungkin ini juga sebagai himbauan untuk temen-temen lainnya : Selalu bawa dokumen-dokumen penting di tas yg anda bawa, karena waktu itu ketika saya diperiksa petugas, saya ga bisa memperlihatkan surat-surat dan paspor yang saya masukkan ke koper. Alhasil saya dikawal satpam sambil mencari-cari koper lalu balik lagi ke ruang pemeriksaan walau akhirnya dilepas juga (waktu itu masih kagok ngomong pake nihongo ) lumayan malu-maluin lah pokoknya.
Begitu keluar dari pemeriksaan, saya sudah ditunggu 2 mahasiswa dari Chubu yang menjemput saya. Mereka anggota C.U.P.S semacam club Mahasiswa Chubu yg misinya mensupport mahasiswa asing. Begitu keluar dari bandara, saya masih belum merasa seperti di Jepang ( kecuali memang hawanya terasa dingin ) tapi begitu naik kereta dan melihat pemandangan sepanjang jalan, disana terlihat rumah-rumah khas Jepang dan pinggiran sungai-sungai yang khas seperti di anime. Langsung terpikir: “あっ本当に日本に着いたんだ。。
Kisah kuliah di Jepang...
A: Karena aslinya di Indonesia saya tinggal mengerjakan Skripsi, perkuliahan di sini saya ikuti dengan antusias, serasa kembali ke jaman-jaman Ichinen. Pertama-tama ada tes penempatan yang membagi para ryugakusei menjadi 3 kelas. Saya berhasil masuk ke kelas W2 ( kelas menengah ) yg isinya cuma 3 orang.
Di sini kami mempelajari bahasa Jepang ( Kanji, Bunpo, Dokkai, mirip2 disini ) untuk level N2. Di semester berikutnya saya naik level ke kelas W1 dan mempelajari materi N1. Perkuliahan berlangsung dari jam setengah 10 pagi sampai jam 3 sore, 4 hari dalam sepekan. Setelah itu tentu saja ada PR menanti yang jumlahnya cukup banyak...bagi para pemalas.
Karena tema H#6 kita adalah ongaku (alias musik), cerita dong mengenai musik-musik jepang favorit mas, mengapa mas menyukainya. Lalu, pandangan mas mengenai idol di Jepang? Dan apakah pada saat mas di Jepang punya pengalaman yang menarik misalnya bertemu dengan seseorang yang mas idolakan? :D
A: Saya awal-awanya tertarik bahasa Jepang karena mendengar lagu-lagu band bernama L’Arc en Ciel. Nothing to said mengenai band yg satu ini saking terkenalnya. Sayang selama di Jepang saya ga sempat nonton livenya karena pemesanan tiket harus melalui Kartu Kredit.
Lalu selama di Jepang saya mengenal band bernama Sound Horizon. Konsep yang diusungnya sangat unik karena lagu-lagunya mengusung sebuah cerita yang bersambung atau saling berkaitan.
Band ini cuma memiliki satu anggota tetap yaitu REVO selaku leader, penggagas konsep, cerita, lirik lagu dan aransemen. Sedangkan additional membernya banyak yang merupakan penyanyi ternama di dunia doujin music contohnya Haruka Shimotsuki, Shimokawa Mikuni, Ceui, Kuribayashi Minami, Riki ( penembang lagu Suteki Da ne ) dan Mbah JIMANG. Saat Live konsep panggungnya sangat megah, menyerupai drama musikal.
Dan beruntunglah saya yang sempat nonton konsernya di Yokohama ( sampai dibela-belain bermalam di Stasiun Shinjuku bersama para gelandangan, karena pada saat itu saya tidak tahu cara memanfaatkan netcafe sebagai hotel )
Mengenai Idol saya kurang jelas maksudnya. Jika yg dimaksud adalah semacam AKB48, Idoling dan semacamnya, terus terang saja saya Idol hater ( terutama para fans fanatiknya )
Hal di Jepang yang tidak ditemukan di Indonesia, apa nih mas?
A: 711, Lawson, dkk . Belanja online di Jepang sangatlah gampang. Pesan di website, tentukan bayar di combini yg mana, dapet no code, pergi ke combini terdekat, sebut code dan bayar, lalu tunggu barang datang. Combini di Jepang sangat praktis untuk membayar dari tagihan telepon sampai bayar barang onlineshop. Beda dengan Combini Indonesia.
Selain itu empat musim di Jepang juga sangat berkesan. Sakura musim semi, Serangga musim panas, Daun-daun berubah warna di musim gugur, Salju di musim dingin. 懐かしいいい
Kanji favoritnya Mas Yudhis?
A: 望 Selama Anda punya harapan, jalan akan terbuka untuk Anda. Dan jika ditambahkan dgn 絶 di depannya, berarti Anda sudah mengalami yang terburuk, tidak ada yang perlu ditakuti lagi untuk kedepannya.
Pesan penting untuk teman-teman yang mengejar beasiswa?
A: Jangan merasa rendah diri. Dulu saya menahan diri untuk tidak mencoba-coba tes beasiswa selama saya belum lolos N2. Walau saya ga menyesal tapi rasa-rasanya ilmu Mahasiswa Sasjep UGM sudah cukup tinggi, apalagi yg menguasai pelajaran bunpounya Pak Tatang, dijamin disana jadi murid teladan~
Terimakasih mas Yudhis atas kesediaannya untuk berbagi kisahnya di Jepang, semoga sukses selalu ya! :D Sampai jumpa lagi! (/red.)